SELEKSI SAPI
Sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) dalam bidang peternakan, maka
pengembangan perbibitan ternak diarahkan pada peningkatan mutu ternak, sumber
daya ternak, daya dukung wilayah, pengawasan mutu dan penguasaan pemanfaatan
teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas ternak.
Untuk mendapatkan bibit
sapi potong yang bermutu perlu di lakukan pengawasan mutu bibit sesuai dengan
standar, salah satu langkah pengawasan adalah perlunya di lakukan pemilihan/
penilaian sapi potong. Seleksi atau pemilihan sapi yang akan dipelihara merupakan
salah satu faktor penentu dan mempunyai nilai strategis dalamnupaya mendukung
terpenuhinya kebutuhan daging, sehingga diperlukan upaya pengembangan
pembibitan sapi potong secara berkelanjutan.
II. KRITERIA PEMILIHAN
BIBIT SAPI POTONG
Pemilihan ternak sapi untuk
di pelihara atau sebagai calon pengganti bibit, memerlukan keterampilan khusus,
terutama untuk melatih pandangan serta penilaian akurat. Keberhasilan pemilihan
ternak sapi yang akan di pelihara akan sangat menentukan keberhasilan usaha
ternak walaupun semua bangsa dan tipe sapi bisa di jadikan bibit pengganti,
namun agar diperoleh sapi hasil yang baik diperlukan bangsa dan tipe sapi tertentu
yang laju pertumbuhannya cukup dan mutunyapun bagus serta mempunyai adaptasi
yang tinggi terhadap lingkungannya.
Sehubungan pemilihan calon
bibit ternak perlu mengetahui kriteria pemilihan sapi dan
pengukuran sapi, sebab pada saat peternak
melakukan pemilihan diperlukan pengetahuan, pengalaman dan kecakapan yang cukup
diantaranya adalah:
1. Bangsa dan Sifat Genetik
Setiap peternak yang akan
memelihara, membesarkan ternak untuk dijadikan calon bibit pertama-tama harus
memilih bangsa sapi yang paling disukai atau telah popular, baik jenis import
maupun lokal. Kita telah mengetahui bahwa setiap bangsa sapi memiliki sifat
genetik yang berbeda satu dengan yang lain, baik mengenai daging ataupun
kemampuan dalam beradaptasi terhadap lingkungan sekitarnya dalam hal
beradaptasi dengan lingkungan ini antara lain penyesuaian iklim dan pakan,
berpangkal dari sifat genetik suatu bangsa sapi yang bisa diwariskan kepada
keturunannya, maka bangsa sapi tertentu harus dipilih oleh setiap peternak
sesuai dengan tujuan dan kondisi setempat, pemilihan ini memang cukup beralasan
sebab peternak tidak akan mau menderita kerugian akibat faktor lingkungan yang
tidak menunjang. Beberapa jenis bangsa sapi potong yaitu :
Ongole, Peranakan Ongole, Brahman, Limousine,
Simmental, Angus, Brangus,
Bali, Madura, Chorolais dan Santa Gertrudis.
2. Kesehatan
Bangsa sapi baik sapi
sebagai calon bibit ataupun sebagai penghasil daging harus di pilih dari sapi
yang benar-benar sehat. Untuk mengetahui kesehatan sapi secara umum, peternak
bisa memperhatikan keadaan tubuh, sikap dan tingkah laku, pernapasan, denyut jantung,
pencernaan dan pandangan sapi.
Keadaan tubuh
1. Sapi sehat, keadaan tubuh bulat berisi, kulit
lemas.
2. Tidak adanya eksternal parasit pada kulit dan
bulunya, tidak ada tandatanda kerusakan dan kerontokan pada bulu (licin dan
mengkilat).
3. Selaput lendir dan gusi berwarna merah muda,
lebih mudah bergerak bebas.
4. Ujung hidung bersih, basah dan dingin.
5. Kuku tidak terasa panas dan bengkak bila
diraba.
6. Suhu tubuh anak 39,5 C – 40 C.
Sikap dan tingkah laku
1. Sapi sehat tegap.
2. Keempat kaki memperoleh titik berat sama.
3. Sapi peka terhadap lingkungan (ada orang
cepat bereaksi).
4. Bila diberi pakan, mulut akan dipenuhi pakan.
5. Cara minum panjang.
6. Sapi yang terus menerus tiduran memberikan
kesan bahwa sapi tersebut
sakit atau mengalami kelelahan.
Pernafasan
1. Sapi sehat bernafas dengan tenang dan
teratur, kecuali ketakutan, kerja berat, udara panas dan sedang tiduran lebih
cepat.
2. Jumlah pernafasan : Anak sapi 30/menit,
Dewasa 10-30/menit.
Pencernaan.
1. Sapi sehat memamah biak dengan tenang sambil
istirahat/ tiduran.
2. Setiap gumpalan pakan di kunyah 60-70 kali.
3. Sapi sehat nafsu makan dan minum cukup besar.
4. Pembuangan kotoran dan kencing berjalan
lancar
5. Bila gangguan pencernaan, gerak perut besar
berhenti atau cepat sekali.
6. Proses memamah biak berhenti.
Pandangan mata.
1. Sapi sehat pandangan mata cerah dan tajam.
2. Sapi sakit pandangan mata sayu.
3. Seleksi calon bibit berdasarkan pengamatan/
penampilan fisik
Bentuk atau ciri luar sapi
berkorelasi positif terhadap faktor genetik seperti laju pertumbuhan, mutu dan
hasil akhir (daging).
Bentuk atau ciri sapi
potong yang baik, sebagai berikut :
a. Ukuran badan panjang dan dalam, rusuk tumbuh
panjang yang memungkinkan
sapi mampu menampung jumlah makanan yang banyak.
b. Bentuk tubuh segi empat, pertumbuhan tubuh
bagian depan, tengah dan
belakang serasi, garis badan atas dan bawah
sejajar.
c. Paha sampai pergelangan penuh berisi daging.
d. Dada lebar dan dalam serta menonjol ke depan.
e. Kaki besar, pendek dan kokoh.
Dalam melakukan pemilihan
calon bibit, selain menentukan jenis kelamin, usia dan bobot badan, pemilihan
bakalan dapat dilakukan dengan pengamatan fisik atau penilaian (Judging)
seperti berikut :
Pandangan dari samping
a. Penilaian dilakukan pada jarak 3,0-4,5m.
b. Perhatikan kedalaman tubuhnya, keadaan lutut,
kekompakan bentuk tubuh.
Pandangan Belakang
a. Penilaian dilakukan pada jarak + 3,0 m
b. Perhatikan kelebaran pantat kedalaman otot,
kelebaran dan
kepenuhannya
Pandangan Depan
a. Penilaian pada jarak + 3,0 m
b. Perhatikan bentuk dan ciri kepalanya
kebulatan bagian rusak, kedalaman dada dan keadan pertulangan serta keserasian
kaki depan
Perabaan
Penilaian ini untuk
menentukan tingkat dan kualitas akhir melalui perabaan yang dirasakan melalui
ketipisan, kerapatan, serta perlemakannya.
Bagian-bagian daerah
perabaan pada penilaian (judging) ternak sapi
a. Bagian rusuk
b. Bagian Tranversusprocessus pada tulang belakang
c. Bagian pangkal ekor
d. Bagian bidang bahu
Penilaian tersebut
dilakukan pada setiap individu ternak sapi yang akan dipilih dengan cara
mengisikan skor yang sesuai dengan penilaian melalui pengamatan, pandangan dan
perabaan. Dalam hal ini penilaian harus dilakukan seobjektif mungkin. Untuk
menunjang hasil yang lebih akurat, penilaian tersebut lazimnya dilengkapi lagi
dengan pengukuran bagian-bagian tubuh yaitu tinggi pundak/ gumba, panjang
badan, lingkar dada dan dalam dada.
4. Penentuan Umur Sapi Potong
Berdasarkan Peraturan
Menteri Pertanian No. 54/Permentan/OT- 140/10/2006 tentang Pedoman Perbibitan
Sapi Potong yang baik. Umur bibit Sapi potong (Bali, Peranakan Ongole, Sumba
Ongole, Madura, dan Aceh) untuk Betina : umur 18 – 24 bulan sedang Jantan 24 –
36 bulan .
Untuk mendapatkan informasi
umur yang tepat dalam menentukan bibit Sapi Potong ditentukan dengan cara :
- Pencatatan/Recording,
- Menentukan lingkar pada
tanduk,
- Menentukan gigi geligi.
Pemilihan terhadap bibit
sapi potong meliputi : Sifat kualitatif dan kuantitatif Sifat Kualitatif
meliputi :
- Warna bulu jantan dan
betina
- Bentuk tanduk jantan dan
betina
- Bentuk tubuh jantan dan
betina
Sifat Kuantitatif meliputi
:
- Berat badan jantan dan
betina
- Tinggi gumba jantan dan
betina
- Umur jantan dan betina
- Lingkar dada jantan dan
betina
- Lebar dada jantan dan
betina
- Panjang badan jantan dan
betina
- Lingkar skrotum jantan
III. PENUTUP
Bibit Sapi potong merupakan
salah satu sarana produksi budidaya ternak yang strategis dan sangat
berpengaruh dalam meningkatkan produksi dan produktifitas ternak, sehingga
perlu diusahakan tersedianya bibit yang berkualitas yang merupakan Visi
Perbibitan, salah satu upaya untuk mendukung hal tersebut adalah pemilihan atau
seleksi bibit ternak potong yang didukung oleh peningkatan mutu sumber daya manusia
perbibitan sebagai pelaku.
*) Pengawas Bibit Ternak Muda
http://disnaksulsel.info
Tidak ada komentar:
Posting Komentar